Sabtu, 10 Oktober 2009
Senin, 05 Oktober 2009
INKUD GANDENG CPC GARAP MINYAK JARAK
Ritel dan UKM & Mikro | ![]() | |
![]() | ![]() | ![]() |
![]() | Inkud gandeng CPC garap minyak jarak Kerja sama hasilkan 35 juta ton minyak | ![]() |
![]() | ![]() | |
![]() | JAKARTA: Induk Koperasi Unit Desa (Inkud) bersama Chinese Petroleum Corporation (CPC), BUMN Taiwan, merealisasikan kerja sama penanaman jarak seluas 100.000 hektare di Balikpapan, Kalimantan Timur. Realisasi tersebut ditandai dengan pertukaran dokumen kerja sama antara Ketua Umum Inkud Herman Wutun dan Presiden CPC Chu Shao Hwa di Kantor Inkud, Jakarta Selatan, pekan lalu. Kedua belah pihak sebelumnya sudah melakukan penandatanganan naskah kesepakatan kerja sama (MoU) pada April tahun ini di Taipei, Taiwan. Kerja sama ini didukung tim Chung Yuan Christian University yang ikut menyediakan teknis pengelolaan. “Pada tahap awal kerja sama dilakukan dengan pembibitan jarak seluas 50 ha pada tahun depan. Ini merupakan model bisnis untuk melakukan penanaman jarak berikutnya di lahan seluas 5.000 ha,” kata Herman Wutun. Setelah proyek penanaman berhasil, katanya, hal itu segera ditindaklanjuti dengan penempatan mesin prosesing biji jarak menjadi minyak. Seluruh tanggung jawab pengolahan berada di tangan CPC sebagai investor budi daya. Jika model bisnis ini berhasil, Herman optimistis kerja sama dengan pihak asing lainnya makin terbuka lebar. Sebab, masih banyak lahan kritis yang bisa dimanfaatkan untuk budi daya tananaman tersebut di Indonesia. Undang investor lain CPC, katanya, adalah perusahaan minyak ternama di Asia. Karena itu, dia optimistis kehadiran perusahaan minyak Taiwan itu sebagai mitra Inkud, akan memberi dampak positif bagi kehadiran investor asing lain. Dalam kerja sama ini tidak disebutkan jumlah investasi yang wajib ditanamkan CPC. Berapa pun kebutuhan terhadap produktivitas budi daya dan pengolahan jarak, semua jadi beban perusahaan asing itu. Herman, mengungkapkan, kerja sama dengan CPS dan Chung Yuan Christian University, merupakan awal dari kebangkitan Inkud setelah tertidur sekitar 10 tahun ini. Chu Shao Hwa mengemukakan dengan pembibitan 50 ha yang dilanjutkan dengan penanaman seluas 5.000 ha, diperkirakan menghasilkan sekitar 35 juta ton minyak jarak setiap tahunnya. “Setelah itu secara bertahap akan ditingkatkan kapasitas budi daya. Salah satu keuntungan penanaman jarak adalah tidak akan mengganggu tanaman lainnya,” ungkapnya. Dalam kerja sama ini belum diputuskan hasil produksi minyak jarak diprioritaskan untuk konsumsi ekspor atau dalam negeri. Meski kedua belah pihak sudah membicarakan konsepnya, belum ad keputusan siapa yang akan melakukan impor. Budi Santoso, Ketua Dewan Penasihat Inkud, menjelaskan kerja sama ini juga merupakan awal dari pencanangan tekad organisasi tersebut untuk merevitalisasi seluruh potensi dan jaringannya di seluruh Indonesia. “Selama ini ada kesan kehadiran Inkud hanya berfungsi menyalurkan bantuan-bantuan dari pemerintah kepada kelompok-kelompok petani. Terutama penyaluran komoditas pupuk untuk ketahanan pangan,” ujarnya. Ke depan, kata Budi, Induk Koperasi Unit Desa tetap berperan aktif menyentuh kebutuhan penduduk perdesaan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. (ginting.munthe@bisnis.co.id) Oleh Mulia Ginting Munthe Bisnis Indonesia | ![]() |
Jumat, 02 Oktober 2009
HARGA PUPUK SUBSIDI NAIK 100%
Menyusul harga eceran tertinggi (HET) pupuk subsidi dinaikkan 100% oleh Tim Pengawas Pelaksanaan Distribusi Pupuk Bersubsidi DPR, Induk Koperasi Unit Desa (Induk), menyatakan, distribusi atas pupuk tersebut harus tepat waktu dan tepat sasaran. Kenaikan harga untuk menjamin ketersediaan pupuk bagi petani harus disertai dengan pembenahan distribusi.
“Pembenahan distribusi sangat diperlukan karena ini juga sangat merugikan petani. Untuk itu, harus dicari beberapa model distribusi yang lebih baik dengan memanfaatkan jaringan petani itu sendiri,” kata Ketua Umum Inkud Herman YL Wutun di Jakarta, Kamis (1/10).
Seperti diketahui, Tim Pengawas Pelaksanaan Distribusi Pupuk Bersubsidi DPR dalam rapat paripurna merekomendasikan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi 100% guna memenuhi kebutuhan petani dan memperkecil selisih harga dengan pupuk nonsubsidi.
Dengan kenaikan itu, diharapkan ketersediaan pupuk bersubsidi dapat dipenuhi maksimum dua kali lipat dengan catatan biaya produksi tetap.
Dana subsidi pupuk 2010 menjadi Rp 11,3 triliun, turun dibandingkan dengan tahun ini yang mencapai Rp 17 triliun. Laporan Departemen Pertanian menyebutkan, kebutuhan dana untuk subsidi pupuk pada 2010 sekitar Rp 18 triliun agar penyediaan pupuk sesuai kebutuhan petani dapat dipenuhi.
Dengan kenaikan HET sekitar 100% akan tersedia dana sekitar Rp 22 triliun yang berasal dari dana pemerintah dan kenaikan harga pupuk yang dibayar petani.
Direktur Utama Inkud Bambang Eko menyatakan, Inkud mempunyai kemampuan untuk mendistribusikan pupuk bersubsidi untuk menjamin ketersediaan bagi petani.
Distribusi berbasis koperasi tersebut dengan melakukan seleksi ketat atas koperasi yang baik sehingga tidak mengulangi kembali penyelewengan pupuk bersubsidi.
Untuk itu, upaya mendorong pemantapan distribusi pupuk bagi petani juga menjadi salah satu agenda dalam pembahasan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Inkud yang diadakan pada tanggal 1-3 Oktober 2009.
Bahkan, kata Herman, Inkud mempunyai 9.000 KUD dengan basis anggota sekitar 13,4 juta kepala keluarga yang mempunyai kemampuan untuk mendistribusikan sebanyak 40 % dari total kebutuhan pupuk subsidi bagi petani.(SP/o)
Sabtu, 2009 Januari 24
Demi Lewotana
PENGEMBANGAN BIOFUEL
| ||
|
SANTU HERMAN YOSEF (1150 - 1241 )
Selasa, 2008 Juni 10
Inkud Masuk ke Bisnis Minyak Jarak
Ketua Umum Inkud Herman Wutun kepada pers usai pembukaan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Inkud di Jakarta, Jumat, mengatakan, untuk tahap awal, pihaknya bersama mitra bisnis telah melakukan pembibitan di lahan seluas 50 hektare yang dikelola secara profesional untuk menjadi bisnis model.
Hasil pembibitan ini diproyeksikan untuk memenuhi penanaman jarak di lahan seluas 5.000 hektare. Jika proyek ini berhasil maka segera akan ditempatkan mesin prosesing biji jarak menjadi minyak jarak.
Herman optimistis kerja sama yang telah dirintis beberapa tahun ini akan menjadi penarik investor lainnya untuk juga masuk ke Indonesia. CPC merupakan sebuah BUMN di Taiwan yang bergerak di bidang perminyakan.
Menurut Herman yang didampingi para pengurus Inkud dan para mitra asingnya, kerjasama dengan CPC melalui proses cukup lama. Pada April lalu, Inkud telah menandatangani MoU dengan perwakilan investor.
Setelah kerjasama ini, pihaknya akan melakukan penandatanganan Memorandum of Agreement yang berisi tanggung jawab dan hak masing-masing pihak.
Rencananya proses penanaman akan dimulai pada tahun 2010 dengan luas lahan 1.000 hektare dan membangun pabrik yang mampu memproses tanaman jarak seluas 20 ribu hektare.
Herman mengakui pihaknya belum memutuskan apakah hasil produksi minyak jarak itu untuk konsumsi ekspor atau dalam negeri. "Kami sudah membicarakan hal itu namun belum ada keputusan termasuk siapa nantinya yang akan melakukan impor apakah CPC atau Inkud atau perusahaan patungan bru," katanya.
Dalam kesempatan itu juga ditandatangani dua MoU dengan Chung Yuen Christian University (CYCU) Taipei, Taiwan, dan PT Lembata Agro Semarang (LAS). CYCU sudah menawarkan 25 beasiswa bagi mahasiswa Indonesia. Inkud sebelumnya telah melakukan pengiriman empat mahasiswa pada tahun 2006 ke universitas tersebut.
Inkud dalam hal ini bertindak sebagai perwakilan CYCU yang akan mengirimkan para mahasiswa Indonesia ke universitas tersebut.
Sementara MoU dengan PT Lembata Agro Semarang (LAS) dimaksudkan untuk peningkatkan kapasitas produksi kacang mete di Lembata, Alor, dan Sumba, Flores Nusa Tenggara Timur. Dalam kerja sama ini, LAS akan membeli mete dari petani, kemudian melakukan prosesing hingga pemasaran.
Kapasitas produksi mete dari Flores sekitar 20.000 ton per tahun. Adapun, total kapasitas mete di Indonesia sebesar 50.000 ton. Provinsi lain yang turut mengembangkan mete adalah Sulawesi Tenggara.
Peluang ekspor untuk mete masih terbuka karena kebutuhan dunia saat ini sekitar 1 juta ton per tahun. Pemasok terbesar mete adalah India, sebanyak 400.000 ton per tahun. Karena itu mete masih memiliki pasar internasional.
Menurut Herman, kerja sama ini menandai awal bangkitnya Inkud setelah "tertidur" sekitar 10 tahun ini. Inkud sebelumnya merupakan salah satu koperasi terbesar di Indonesia yang masa puncak kejayaannya dicapai ketika pemerintah menerapkan tata niaga cengkih. (*)
"Setelah kita meminta kesediaannya, beliau bersedia menjadi penasehat Induk KUD. Prinsipnya, Prof. Budhi menerima amanah sebagai Ketua Dewan Penasehat Induk KUD Indonesia," ujar Ketua Umum Induk KUD Indonesia, Drs. Herman Yosef Loli Wutun, MBA, ketika dihubungi Pos Kupang melalui handphone ke kantornya di Graha Induk KUD Indonesia, Warung Buncit, Jakarta, Rabu (30/9/2009).
Menurut Herman Wutun, pada Rapat Akhir Tahun (RAT) ke-29 Tahun Buku ke-28 yang berlangsung di Jakarta pada 2 Oktober mendatang, Budhisantoso dijadwalkan memberikan pengarahan dalam kapasitas sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden.
Dalam RAT tersebut, jelas Herman Wutun, diadakan juga tiga acara penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU).
Pertama, pertukaran dokumen MoU Induk KUD dengan China Petroleum Corporate (CPC), perusahaan minyak nasional Taiwan menyusul penandatanganan MoU di Taiwan 2 September 2009 lalu. "MoU Induk KUD dengan CPC terkait budidaya, processing, dan pemasaran minyak nabati dari jathropa," jelas Herwan Wutun.
Kedua, penandatanganan MoU antara Induk KUD dengan Chung Yuan Christian University (CYCU) terkait manajemen bisnis dan teknologi. "Kita pernah melakukan MoU pada September 2005 dengan CYCU. Induk KUD membantu untuk rekruitmen calon-calon mahasiswa S-2 dan S-3 dalam rangka belajar di CYCU dengan fasilitas beasiswa internasional," lanjut Herman Wutun.
Pada 2004, kata dia, Induk KUD mengirim empat calon mahasiswa ke Taiwan yang direkrut dari Institut Pertanian Bogor. Keempat mahasiswa tersebut, katanya, sudah menyelesaikan studi tepat waktu.
"Tiga orang langsung bekerja di Taiwan. Seorang lain direkomendasikan untuk melanjutkan studi doktoralnya di Jerman," ujar Herman Wutun, pria kelahiran Uruor, Lembata, NTT.
Ketiga, dilakukan juga penandatanganan dengan PT Lembata Agro. PT Lembata Agro merupakan anak perusahaan PT Bali Anak Ardia yang berkedudukan di Semarang, Jawa Tengah.
"Penandatanganan MoU Induk KUD dengan PT Lembata Agro ini untuk bekerja sama dalam bidang budidaya tanaman mete. Mitra kita ini sudah berkecimpung 37 tahun di bidang ini," kata Herman Wutun. (*)
Kamis, 01 Oktober 2009
Program Jagung dan Ternak Harus Disatukan Dalam Koperasi
31-Jul-2009
Oleh Leonard RitanKupang, Flores Pos

![]() |
Selasa, 08 September 2009
In the News CPC inks biodiesel deal with Indonesian firm * Publication Date:09/03/2009 * Source: Commercial Times The Taiwan-based CPC Corp.
In the News
CPC inks biodiesel deal with Indonesian firm
- Publication Date:09/03/2009
- Source: Commercial Times
The Taiwan-based CPC Corp. signed a memorandum of understanding Sept. 2 with Indonesia’s Induk Koperasi Unit Desa to produce biofuel, with a capital investment of NT$3.6 billion (US$109.4 million).
President of CPC Chu Shao-hua and Induk Kud Chairman Herman Yosef Loli Wutun signed the memorandum agreeing to plant 100,000 hectares of Jatropha Curcas in east Kalimantan over the next five years. The trees are expected to produce 350,000 metric tons of jatropha oil and 2 million tons of carbon credits, which will compensate for 20 percent of CPC’s carbon emissions.
CPC said since July 2007 the government has required that all diesel fuel for automobile use contain 1 percent biofuel. Taiwan consumes about 3.5 million metric tons of diesel annually, and thus 35,000 metric tons of biofuel are needed every year.
The new collaboration with Indonesia aims at diversifying CPC’s energy resources.
The two companies will each cover 40 to 50 percent of the capital for the project along with investment from other smaller shareholders. The jatropha oil is expected to enter the market by 2012 at the earliest.
The jatropha tree (commonly known as the physic nut) is a non-food plant with a lifespan of 50 years. It is strongly resistant to droughts, pests and diseases, and can be grown on marginal land. The tropical land that CPC acquired to grow the trees on is internationally certified as non-food cropland and non-forest area.
Jatropha is an important source of biofuel because its initially refined oil can be used to power generators, fishing vessels, and agricultural equipment, and hydrogenating the oil will transform it into environmentally friendly biodiesel. (TYH-THN)
Related Articles
- Hon Hai buys Sony’s TV plant in Mexico2009/9/2
- CMO receives recognition for green building2009/8/26
- Red Cross to build 3,400 homes2009/8/25
- The best defense is a good offense2009/8/14
- CPC to explore natural gas field with Sinopec 2009/8/13
- CPC’s naphtha plant upgrade to begin2009/8/10
- Cross-strait steel giants sign agreement2009/8/10
- Contract chipmakers increase capex plans amid improved business outlook2009/8/7
- Water saving devices to be distributed2009/8/5
- Cross-strait oil hunt to get underway
Taiwan oil firm signs deal to produce biofuels in Indonesia
Taiwan oil firm signs deal to produce biofuels in Indonesia | ||||||||
![]() |
| |||||||
Copyright, respective author or news agency | |||
|
Selasa, 12 Mei 2009
Biarlah Deposito Emas Untuk Anak Cucu
Dari Diskusi IKL Kupang (2)
Biarlah Deposito Emas untuk Anak Cucu
Oleh Paul Burin
F. RAHARDI secara khusus menulis sebuah novel berjudul, Lembata. Lelaki asal Jawa Tengah ini membuat tulisan dengan seting khusus daerah itu karena tertarik dengan ragam kekayaan, terutama aspek pariwisata dan sumber daya alam di atas dan di bawah tanah.
Rahardi melakukan observasi hingga ke kampung-kampung. Ia ke Aliroba-Kedang, wilayah timur dan sempat bermalam di Udak, wilayah selatan. Ia juga mengitari Ile Ape, Uye Lewun, Labalekan dan Mingar. Hampir semua desa ia datangi. Begitu kisahnya.
Yang menarik ialah bahwa orang luar daerah menaruh perhatian khusus pada pulau seluas 1.266,39 km2 itu. Orang luar seperti F Rahardi pun terpanggil untuk membangunnya. Ia mengangkat fakta dari denyut kehidupan masyarakat Lembata.
Rahardi melihat angle lain dari daerah itu. Di satu sisi memiliki ragam kekayaan, namun di sisi lain masyarakatnya masih miskin. Kritikan yang dilontarkannya dalam cerita novel itu pun cukup pedas. Ia melihat peran gereja (hierarki) sangat kecil dalam memajukan daerah itu. Para pastor hanya bicara tentang iman, sedangkan kehidupan materi seakan diabaikan.
Karena itu, ketika novel ini diluncurkan pada tanggal 26 November 2008 lalu di Toko Buku Gramedia, Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, Ayu Utami yang membedahnya kembali menggugat institusi gereja. Ayu Utami mengatakan, gereja mestinya melakukan banyak refleksi tentang kehidupan umat yang masih jauh dari standar kehidupan. Gereja mestinya mendorong umat untuk giat menata kehidupan ekonominya agar selaras dengan imannya yang terbilang maju. Dia bilang, dari segi iman orang Lembata itu maju. Namun, dari segi ekonomi masih terbelakang. Masih miskin.
Benar sebagaimana dikatakan F Rahardi. Tapi kini hierarki gereja pun mulai bangkit bersama umat menantang berbagai kebijakan publik yang keliru bahkan mungkin menyesatkan. Pater Vande Raring, SVD dan Romo Frans Amanue, Pr sebagai contohnya. Pater Vande bersama umat melakukan aksi protes bahkan berdemo di kantor Pemkab Lembata. Bersama umat dari wilayah Kedang dan Lebatukan, mereka menolak rencana tambang emas di Lembata.
Sedangkan Romo Amanue mengkritik kebijakan Bupati Flores Timur (Flotim), Felix Fernandez yang diduga melakukan berbagai kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) saat memimpin daerah itu.
***
Dalam diskusi terbatas yang diprakarsai Ikatan Keluarga Lembata (IKL) Kupang di Aula Puskud NTT, pekan lalu, persoalan tambang emas ini menjadi topik yang serius dibicarakan. Ketua IKL Kupang, Drs. Ignas Bataona, mengatakan bahwa ekses dari penambangan itu sendiri begitu banyak.
Pertama, masyarakat Lembata sendiri akan menjadi penonton di negeri sendiri. Ia hanya bisa menjadi buruh kasar, Satpam dan juru masak karena jauh dari high technology.
Berdasarkan pengalamannya ketika meneliti tambang emas di Timika, Papua tahun lalu, penduduk sangat rentan terhadap berbagai penyakit, seperti HIV/AIDS. Itu artinya, hubungan seks bebas di sana tak terbendung.
Di Timika ia menyaksikan kehidupan masyarakat biasa-biasa saja terutama dari aspek ekonomi. Jadi sebenarnya dampak ekonomi secara langsung itu sangat kurang bahkan tak ada. Kekayaan alam itu akhirnya "lari" ke elite tertentu. "Jangan sampai hal-hal seperti ini menimpa kita," katanya.
Ia juga mengatakan, hanya ada satu kata jika penambangan itu dilakukan, yakni "evakuasi" penduduk. Penduduk harus dipindahkan, entah ke mana. Berapa banyak desa di Lembata yang harus dievakuasi. Siapa yang membiayai. Di manakah relokasi itu.
Bone Pukan pada kesempatan itu mengatakan bahwa aksi protes yang dilakukan masyarakat setempat adalah sikap spontan. Bone mengatakan bahwa pemerintah dan DPRD Lembata seakan telah kongkalikong dengan PT Merukh Enterprise, perusahaan yang akan mengeksploitasi emas di Lembata.
Bone membeberkan beberapa fakta. Para wakil rakyat dan pemerintah telah melakukan pembohongan publik. Ketika ia mengikuti pertemuan di Hotel Menteng Jakarta, sekitar dua tahun lalu, pemerintah dan para wakil rakyat itu menyatakan siap "mengamankan" masyarakat. Dengan kata lain, tambang harus berjalan dan masyarakat tak boleh mempersoalkannya. Ungkapan itu disampaikan kepada investor.
Kemudian fakta lainnya, bahwa studi banding yang dilakukan pun hanya sekadar kamuflase. "Ke PT Newmon di NTB memang mereka pergi sebagaimana dilaporkan Pos Kupang. Tapi ke Manado, apakah mereka ke sana. Saya yakin mereka tak pergi dan saya memiliki data," kata Bonne.
Karena itu ia mengatakan, persoalan apa pun menyangkut tambang emas ini harus didiskusikan, dibedah, dibahas dan melibatkan semua stakeholder di Lembata. Jangan sebaliknya pemerintah dan Dewan menyatakan "ya" kepada investor sementara hak-hak masyarakat diabaikan.
Sedangkan Drs. Rafael Luon mengatakan bahwa benar tambang emas akan menyejahterakan masyarakat. Namun, dari sisi ekosistem alam, apakah pulau kecil itu tak akan mengalami persoalan di kemudian hari?
Rafael juga mengatakan bahwa seting awal tambang emas ini keliru. Karena semata untuk kepentingan elite tertentu. Ia menyebut salah satu contohnya, yakni penangkaran mutiara di Teluk Waienga yang dijaga ketat pasukan Brimob. Padahal wilayah itu milik masyarakat setempat.
Ia menggarisbawahi pernyataan Ketua IKL, Ignas Bataona yang menyebutkan bahwa masyarakat akhirnya menjadi asing di negeri sendiri. Rafael menawarkan agar setiap langkah yang diambil, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, harus melalui pendekatan budaya.
Aleks Lazar, anggota DPRD Lembata terpilih, mengatakan, masalah tambang emas mulai mencuat ketika ia masih menjabat sebagai Kepala Badan Pertanahan Kabupaten Lembata. Ketika itu Aleks mengatakan, dialah yang ditugaskan sebagai ketua tim tata ruang. Tugasnya adalah membuat peta berdasarkan koordinat tanah. Hasilnya, terdapat lima lokasi tambang emas.
Berdasarkan citra satelit, menyatakan bahwa di Lembata terdapat tambang emas. "Nah, apakah tambang itu dan berapa banyak depositnya, saya tak tahu. Setelah tanya sana sini, saya mendapat informasi bahwa untuk mengetahui kandungannya, lokasi itu harus dibor dari atas dan samping dengan kedalaman 250 meter. Jika terdapat lima titik dengan kedalaman bor 250 meter apakah pulau kecil itu tak rubuh?" katanya.
Meski ia mendapat penjelasan bahwa struktur bumi itu tak gantung, namun bentuknya seperti piramida, sebagai awam ia merasa tak aman. Apalagi daerah itu sebagai daerah vulkanik. Ketika terjadi gempa bumi, maka lima titik itu bisa tenggelam dan tentunya berdampak buruk pada kehidupan masyarakat setempat.
Menurut Herman Wutun, Lembata memang kaya. Dan, ternyata masih banyak kekayaan di atas tanah yang belum dikelola. Karena itu, kekayaaan itu harus dieksploitasi secara maksimal. Pemerintah agar membuka akses jalan ke semua wilayah potensial untuk mendorong perekonomian, selain aspek pariwisata. Sebab begitu banyak sentra ekonomi di Lembata yang belum dijamah pemerintah. Sebaliknya, Herman mengatakan, biarlah deposito emas yang ada untuk anak dan cucu kita. (bersambung)Senin, 20 April 2009
INDUK KUD JAJAGI USAHA PATUNGAN
akarta (SIB)
Induk Koperasi Unit Desa (Inkud) menjajaki pembentukan perusahaan patungan dengan investor dari Hongkong untuk pengembangan tanaman jarak seluas 100 ribu hektar dengan total investasi 150 juta dolar AS.
Penjajakan ini dimulai dengan penandatanganan MoU antara pihak Inkud yang diwakili antara lain oleh Ketua Umum-nya Herman Wutun dan pihak perwakilan investor, Shannon SH Chin di Jakarta, Rabu.
Setelah penandatanganan MoU tersebut, kedua pihak sepakat paling lambat pada awal Juni akan dilanjutkan dengan Memorandum of Agreement yang berisi tangung jawab dan hak-hak masing-masing pihak.
Kemudian dalam jangka waktu satu tahun sejak penandatanganan itu, kedua pihak sepakat untuk melakukan penanaman jarak seluas 1.000 hektar dan membangun pabrik yang mampu memproses tanaman jarak seluas 20 ribu hektar.
Nilai total investasi tersebut, menurut Shannon yang mewakili Summer Triangle dari Hongkong, mencapai 150 juta dolar yang akan digunakan untuk budidaya jarak di berbagai wilayah dan pembangunan pabrik serta pelabuhan.
Perusahaan patungan antara kedua pihak diperkirakan bisa terwujud setelah semua perizinan terpenuhi.
Dalam kerjasama itu, pihak Inkud melalui berbagai Pusat KUD (Puskud) akan menyiapkan lahan di berbagai wilayah serta tenaga kerja. Sementara pihak investor menyediakan teknologi, keuangan dan dan sarana fisik lainnya.
Untuk teknologinya sendiri, kata Shannon, pihaknya selain menyediakan sendiri bekerjasama dengan salah satu universitas di Taiwan dan juga menggandeng pihak ITB.
Menurut Herman, kerjasama ini menandai awal bangkitnya Inkud setelah “tertidur” sekitar 10 tahun ini. Inkud sebelumnya merupakan salah satu koperasi terbesar di Indonesia yang masa puncak kejayaannya dicapai ketika pemerintah menerapkan tata niaga cengkeh.
Mengenai hasil minyak jarak, Shannon mengatakan, akan digunakan untuk konsumsi dalam negeri dan pasar impor. Panen perdana dari tanaman jarak itu sendiri diperkirakan pada bulan ke-18 meski sebenarnya pada bulan ketiga sudah berbuah.
Pihak investor memperkirakan setiap hektar tanaman jarak bisa menghasilkan tujuh ton biji jarak setiap tahunnya atau sekitar 2,5 ton minyak jarak.
Pendekatan dengan investor, menurut Herman, sudah berjalan dalam beberapa waktu. Pihak investor sebenarnya juga sudah terlibat dalam penanaman bibit unggul tanaman jarak di Kalimantan Timur seluas 50 hektar. (Ant/
Summer Triangle Tanam US $250 juta
Kamis, 16/04/2009
Summer Triangle tanam US$250 juta
Inkud siapkan lahan tanaman jarak
JAKARTA: Induk Koperasi Unit Desa (Inkud) bersama Summer Triangle LCC Hong Kong menandatangani nota kesepahaman untuk pengolahan bahan bakar nabati berbasis tanaman jarak senilai US$250 juta untuk jangka 50 tahun.
Penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) pengelolaan dan penggarapan tanaman jarak seluas 100.000 ha kemarin dilakukan oleh Ketua Umum Inkud Herman Wutun bersama Shannon S.H. Chin, Representative Summer Triangle LCC di Graha Inkud, Jakarta Selatan, kemarin.
"Ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan kami dengan pihak investor pada awal tahun ini. Pada Juni tahun ini kerja sama akan dikonkretkan dengan hak-hak kedua belah pihak melalui memorandum of agreement," kata Herman Wutun.
Inkud melalui unitnya seperti Pusat Koperasi Unit Desa (Puskud) ataupun lembaga koperasi lain akan menyiapkan lahan dan tenaga kerja di berbagai wilayah. Investor menyediakan investasi 100% mencakup teknologi, pengolahan, dan pemasaran.
Menurut Herman, pihaknya telah mempersiapkan bibit tanaman jarak sebagai tanggung jawab kerja sama pada area seluas 50 ha. Ketika pihak investor melihat persiapan itu, langsung minta dilakukan MoU pada bulan ini.
Terhitung Juni, sesuai tenggat yang disepakati, penanaman jarak akan dimulai seluas 1.000 ha di berbagai wilayah Kalimantan Timur. Setelah itu budi daya akan dilanjutkan secara bertahap ke daerah lain hingga mencapai 100.000 ha.
"Investor juga menyediakan komponen industri bagi pengolahan jarak untuk dipasarkan ke luar negeri ataupun lokal. Prioritas utama untuk pasar lokal, setelah itu ditingkatkan ke pasar ekspor," tukas Herman.
Berdayakan masyarakat
Director Business Development Cunsultancy Services Sdn Bhd Shannon S.H. Chin menjelaskan dalam program kerja sama ini pihak investor tidak semata mengutamakan bisnis.
"Kami juga ingin memberdayakan masyarakat kecil, yakni kelompok petani. Untuk itu kami juga bersedia membuat pilot project pada industri BBM [bahan bakar minyak] berbahan baku tanaman jarak," ujarnya.
Investor, katanya, telah melakukan perhitungan matemetis bagi keberhasilan industri pengolahan jarak. Dari sisi bisnis tetap menguntungkan karena telah dievaluasi melalui metoda budi daya dan pengolahan industri jarak.
Dalam hal ini, Summer Triangle menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) serta Chung Yuan Christian University (CYCU) Taipei. Panen perdana tanaman jarak diperkirakan mulai 18 bulan ke depan, meski pada usia 3 bulan sudah berbuah.
Shannon memperkirakan setiap hektare tanaman jarak bisa menghasilkan 7 ton biji jarak setiap tahun atau setara dengan 2,5 ton minyak jarak.
Summer Triangle LCC menjadikan Indonesia jadi salah satu pusat pengolahan BBM alternatif, karena sumber daya alamnya menunjang. (ginting.munthe@bisnis. co.id)
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia
Kamis, 02 April 2009
Subiakto & Wutun ramaikan bursa calon Ketum Dekopin

JAKARTA: Mantan Menteri Koperasi Subiakto Tjakrawerdaja dan Ketua Umum Induk Koperasi Unit Desa (Inkud) Herman Wutun meramaikan bursa calon Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), yang akan dipilih pada 16-18 April 2009.
Kedua nama ini menambah daftar calon ketua umum gerakan koperasi nasional itu setelah Ketua Umum Dekopin Adi Sasono dan Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar seluruh Indonesia (APPSI) Prabowo Subianto dikabarkan maju sebagai kandidat.
Dari internal, juga sudah muncul sederet nama seperti Ketua Umum Induk Koperasi Perikanan Indonesia (IKPI) Wibisono Wiyono, Ketua Bidang Kerja Sama dan Hubungan Luar Negeri Dekopin Benny Kusbini dan Ketua Umum Induk Koperasi Karyawan (Inkopkar) Muhammad Arbi.
Adji Gutomo, Ketua Panitia Pelaksana Rapat Anggota Dekopin, mengatakan belum tahu apakah nama-nama itu sudah mendapat mandat dari perwakilan koperasi ataupun Dekopin wilayah yang mengusung mereka jadi calon pemimpin Dekopin.
"Rencana kami agar nama kandidat didaftarkan 2 pekan sebelum pemilihan, diubah sehari menjelang rapat anggota. Sukar bagi kami memastikan apakah mereka sudah mendapat dukungan," ujarnya kemarin.
Panitia menetapkan setiap calon harus diusung lima orang pengurus Dekopin wilayah serta lima koperasi sekunder.
Sekretaris Jenderal Dekopin Yusri Zuhud mengungkapkan sejumlah kandidat yang banyak dibicarakan, seperti Wibisono Wiyono, Benny A. Kusbini, Herman Wutun, Tosari Widjaja, Adi Sasono, Mardjito, dan Subiakto Tjakrawerdaja.
Herman Wutun tidak bersedia menanggapi kabar pencalonannya. "Tunggu saatnya, saya akan menginformasikan jika sudah ada kepastian pencalonan itu."
Adapun Subiakto bersedia dicalonkan apabila pemilihannya menggunakan sistem musyawarah mufakat sesuai dengan jati diri koperasi. Dia menolak dicalonkan karena sistem pemilihan menggunakan voting. "Memang ada beberapa orang yang datang, tapi saya tidak berminat dengan paradigma pemilihan sekarang ini. Voting bisa menimbulkan perpecahan."
Subiakto mengatakan calon boleh banyak lalu dirembuk, selanjutnya dipilih yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan program kerja. Yang tidak mampu harus memberi kesempatan kepada yang mampu, lalu dipilih secara aklamasi.
Oleh Mulia Ginting Munthe
Bisnis Indonesia
Senin, 19 Januari 2009
INKUD MINTA CABUT SUBSIDI PUPUK
JAKARTA (Ant): Ketua Umum Induk Koperasi Unit Desa (KUD), Herman Y.L. Wutun, meminta pemerintah mencabut subsidi harga pupuk dan mengalihkannya ke subsidi beras.
"Pupuk subsidi disinyalir tidak seluruhnya jatuh ke petani. Buktinya kerap terjadi kasus kelangkaan pupuka. Jadi sebaiknya subsidi pupuk dicabut dan dialihkan ke subsidi beras," kata Herman usai Seminar Akselerasi Peran Koperasi/KUD dalam Bisnis Pangan, Rabu (14-5).
Dia mengatakan sejauh ini banyak terjadi kasus pupuk bersubsidi justru jatuh ke tangan yang tidak seharusnya menerima. Misalnya diselundupkan ke luar negeri dan didistribusikan ke perkebunan. Oleh sebab itu, subsidi pupuk tidak efektif lagi. "Idealnya pemerintah membeli beras sesuai dengan harga pasar dan menjualnya dengan harga dasar, itu bentuk subsidi," kata dia.
Subsidi pupuk dialihkan ke subsidi beras yang menurut Herman lebih efektif karena keuntungannya langsung dapat dinikmati petani. Selain itu, petani dapat menjual beras dengan harga lebih tinggi. "Saya jamin meskipun petani harus membeli pupuk dengan harga lebih mahal atau tanpa subsidi mereka tidak keberatan kalau tahu bisa menjual beras lebih mahal dan pasti," kata dia.
Herman mengatakan tidak seluruh petani menggunakan pupuk bersubsidi karena jumlahnya terbatas dan sulit didapat. "Sekarang banyak petani menggunakan pupuk nonsubsidi." Selain itu, pencabutan subsidi pupuk membuka alternatif bagi penggunaan pupuk organik yang ramah lingkungan.
Berdasar pada data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian subsidi pupuk tahun lalu Rp6,7 triliun. Untuk 2008, subsidi pupuk yang diusulkan produsen pupuk Pusri Holding mencapai Rp16,8 triliun. Pencabutan subsidi pupuk membuka dampak positif di antaranya mendukung berkembangnya pupuk organik dan pemberdayaan kemandirian petani.n E-1
0 komentar: