Sabtu, 10 Oktober 2009
Senin, 05 Oktober 2009
INKUD GANDENG CPC GARAP MINYAK JARAK
Ritel dan UKM & Mikro | ![]() | |
![]() | ![]() | ![]() |
![]() | Inkud gandeng CPC garap minyak jarak Kerja sama hasilkan 35 juta ton minyak | ![]() |
![]() | ![]() | |
![]() | JAKARTA: Induk Koperasi Unit Desa (Inkud) bersama Chinese Petroleum Corporation (CPC), BUMN Taiwan, merealisasikan kerja sama penanaman jarak seluas 100.000 hektare di Balikpapan, Kalimantan Timur. Realisasi tersebut ditandai dengan pertukaran dokumen kerja sama antara Ketua Umum Inkud Herman Wutun dan Presiden CPC Chu Shao Hwa di Kantor Inkud, Jakarta Selatan, pekan lalu. Kedua belah pihak sebelumnya sudah melakukan penandatanganan naskah kesepakatan kerja sama (MoU) pada April tahun ini di Taipei, Taiwan. Kerja sama ini didukung tim Chung Yuan Christian University yang ikut menyediakan teknis pengelolaan. “Pada tahap awal kerja sama dilakukan dengan pembibitan jarak seluas 50 ha pada tahun depan. Ini merupakan model bisnis untuk melakukan penanaman jarak berikutnya di lahan seluas 5.000 ha,” kata Herman Wutun. Setelah proyek penanaman berhasil, katanya, hal itu segera ditindaklanjuti dengan penempatan mesin prosesing biji jarak menjadi minyak. Seluruh tanggung jawab pengolahan berada di tangan CPC sebagai investor budi daya. Jika model bisnis ini berhasil, Herman optimistis kerja sama dengan pihak asing lainnya makin terbuka lebar. Sebab, masih banyak lahan kritis yang bisa dimanfaatkan untuk budi daya tananaman tersebut di Indonesia. Undang investor lain CPC, katanya, adalah perusahaan minyak ternama di Asia. Karena itu, dia optimistis kehadiran perusahaan minyak Taiwan itu sebagai mitra Inkud, akan memberi dampak positif bagi kehadiran investor asing lain. Dalam kerja sama ini tidak disebutkan jumlah investasi yang wajib ditanamkan CPC. Berapa pun kebutuhan terhadap produktivitas budi daya dan pengolahan jarak, semua jadi beban perusahaan asing itu. Herman, mengungkapkan, kerja sama dengan CPS dan Chung Yuan Christian University, merupakan awal dari kebangkitan Inkud setelah tertidur sekitar 10 tahun ini. Chu Shao Hwa mengemukakan dengan pembibitan 50 ha yang dilanjutkan dengan penanaman seluas 5.000 ha, diperkirakan menghasilkan sekitar 35 juta ton minyak jarak setiap tahunnya. “Setelah itu secara bertahap akan ditingkatkan kapasitas budi daya. Salah satu keuntungan penanaman jarak adalah tidak akan mengganggu tanaman lainnya,” ungkapnya. Dalam kerja sama ini belum diputuskan hasil produksi minyak jarak diprioritaskan untuk konsumsi ekspor atau dalam negeri. Meski kedua belah pihak sudah membicarakan konsepnya, belum ad keputusan siapa yang akan melakukan impor. Budi Santoso, Ketua Dewan Penasihat Inkud, menjelaskan kerja sama ini juga merupakan awal dari pencanangan tekad organisasi tersebut untuk merevitalisasi seluruh potensi dan jaringannya di seluruh Indonesia. “Selama ini ada kesan kehadiran Inkud hanya berfungsi menyalurkan bantuan-bantuan dari pemerintah kepada kelompok-kelompok petani. Terutama penyaluran komoditas pupuk untuk ketahanan pangan,” ujarnya. Ke depan, kata Budi, Induk Koperasi Unit Desa tetap berperan aktif menyentuh kebutuhan penduduk perdesaan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. (ginting.munthe@bisnis.co.id) Oleh Mulia Ginting Munthe Bisnis Indonesia | ![]() |
Jumat, 02 Oktober 2009
HARGA PUPUK SUBSIDI NAIK 100%
Jakarta (SIB)
Menyusul harga eceran tertinggi (HET) pupuk subsidi dinaikkan 100% oleh Tim Pengawas Pelaksanaan Distribusi Pupuk Bersubsidi DPR, Induk Koperasi Unit Desa (Induk), menyatakan, distribusi atas pupuk tersebut harus tepat waktu dan tepat sasaran. Kenaikan harga untuk menjamin ketersediaan pupuk bagi petani harus disertai dengan pembenahan distribusi.
“Pembenahan distribusi sangat diperlukan karena ini juga sangat merugikan petani. Untuk itu, harus dicari beberapa model distribusi yang lebih baik dengan memanfaatkan jaringan petani itu sendiri,” kata Ketua Umum Inkud Herman YL Wutun di Jakarta, Kamis (1/10).
Seperti diketahui, Tim Pengawas Pelaksanaan Distribusi Pupuk Bersubsidi DPR dalam rapat paripurna merekomendasikan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi 100% guna memenuhi kebutuhan petani dan memperkecil selisih harga dengan pupuk nonsubsidi.
Dengan kenaikan itu, diharapkan ketersediaan pupuk bersubsidi dapat dipenuhi maksimum dua kali lipat dengan catatan biaya produksi tetap.
Dana subsidi pupuk 2010 menjadi Rp 11,3 triliun, turun dibandingkan dengan tahun ini yang mencapai Rp 17 triliun. Laporan Departemen Pertanian menyebutkan, kebutuhan dana untuk subsidi pupuk pada 2010 sekitar Rp 18 triliun agar penyediaan pupuk sesuai kebutuhan petani dapat dipenuhi.
Dengan kenaikan HET sekitar 100% akan tersedia dana sekitar Rp 22 triliun yang berasal dari dana pemerintah dan kenaikan harga pupuk yang dibayar petani.
Direktur Utama Inkud Bambang Eko menyatakan, Inkud mempunyai kemampuan untuk mendistribusikan pupuk bersubsidi untuk menjamin ketersediaan bagi petani.
Distribusi berbasis koperasi tersebut dengan melakukan seleksi ketat atas koperasi yang baik sehingga tidak mengulangi kembali penyelewengan pupuk bersubsidi.
Untuk itu, upaya mendorong pemantapan distribusi pupuk bagi petani juga menjadi salah satu agenda dalam pembahasan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Inkud yang diadakan pada tanggal 1-3 Oktober 2009.
Bahkan, kata Herman, Inkud mempunyai 9.000 KUD dengan basis anggota sekitar 13,4 juta kepala keluarga yang mempunyai kemampuan untuk mendistribusikan sebanyak 40 % dari total kebutuhan pupuk subsidi bagi petani.(SP/o)
Menyusul harga eceran tertinggi (HET) pupuk subsidi dinaikkan 100% oleh Tim Pengawas Pelaksanaan Distribusi Pupuk Bersubsidi DPR, Induk Koperasi Unit Desa (Induk), menyatakan, distribusi atas pupuk tersebut harus tepat waktu dan tepat sasaran. Kenaikan harga untuk menjamin ketersediaan pupuk bagi petani harus disertai dengan pembenahan distribusi.
“Pembenahan distribusi sangat diperlukan karena ini juga sangat merugikan petani. Untuk itu, harus dicari beberapa model distribusi yang lebih baik dengan memanfaatkan jaringan petani itu sendiri,” kata Ketua Umum Inkud Herman YL Wutun di Jakarta, Kamis (1/10).
Seperti diketahui, Tim Pengawas Pelaksanaan Distribusi Pupuk Bersubsidi DPR dalam rapat paripurna merekomendasikan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi 100% guna memenuhi kebutuhan petani dan memperkecil selisih harga dengan pupuk nonsubsidi.
Dengan kenaikan itu, diharapkan ketersediaan pupuk bersubsidi dapat dipenuhi maksimum dua kali lipat dengan catatan biaya produksi tetap.
Dana subsidi pupuk 2010 menjadi Rp 11,3 triliun, turun dibandingkan dengan tahun ini yang mencapai Rp 17 triliun. Laporan Departemen Pertanian menyebutkan, kebutuhan dana untuk subsidi pupuk pada 2010 sekitar Rp 18 triliun agar penyediaan pupuk sesuai kebutuhan petani dapat dipenuhi.
Dengan kenaikan HET sekitar 100% akan tersedia dana sekitar Rp 22 triliun yang berasal dari dana pemerintah dan kenaikan harga pupuk yang dibayar petani.
Direktur Utama Inkud Bambang Eko menyatakan, Inkud mempunyai kemampuan untuk mendistribusikan pupuk bersubsidi untuk menjamin ketersediaan bagi petani.
Distribusi berbasis koperasi tersebut dengan melakukan seleksi ketat atas koperasi yang baik sehingga tidak mengulangi kembali penyelewengan pupuk bersubsidi.
Untuk itu, upaya mendorong pemantapan distribusi pupuk bagi petani juga menjadi salah satu agenda dalam pembahasan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Inkud yang diadakan pada tanggal 1-3 Oktober 2009.
Bahkan, kata Herman, Inkud mempunyai 9.000 KUD dengan basis anggota sekitar 13,4 juta kepala keluarga yang mempunyai kemampuan untuk mendistribusikan sebanyak 40 % dari total kebutuhan pupuk subsidi bagi petani.(SP/o)
Sabtu, 2009 Januari 24
Demi Lewotana
Petronela Peni Sanga, AMK, SKM
Berprestasi Demi Soga Naran Lewotana
GEDUNG Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Kamis (5/12) siang. Panas matahari terus membakar. Sesosok wanita berambut ikal turun dari mobil sedan ditemani seorang pria. Sosok wanita itu tak lain Petronela Peni Sanga, AMK, SKM. Bu Nela, begitu sehari-hari disapa, didampingi sang suami, Drs Herman Yosef Loli Wutun, MBA.
Hari itu, Petronela Peni Sanga mengikuti Wisuda Sarjana dan Diploma Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat (STIKes) Mitra Ria Husada Jakarta di Gedung Sasono Langen Budoyo, kompleks TMII, Jakarta Timur.
Ada kebanggaan yang membuncah di hati Bu Nela. Pasalnya, perawat kelahiran Kolimasan, Pulau Adonara, Flores Timur (Flotim), 25 November 1959 ini juga meraih prestasi akademik membanggakan.
“Saya tak menyangka menjadi Wisudawati Terbaik I Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat. Informasi itu saya baru terima saat kami gladi bersih sehari sebelum wisuda. Sempat berpikir tak beritahu suami dan anak-anak” kata Bu Nela kepada Flores Pos di rumahnya, di Kota Wisata, Cibubur, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.
Ibu empat anak: Mawar, Rose, Pedro, dan Mathilda Wutun, ini berpikir mungkin suami dan anak-anaknya tahu sendiri saat wisuda. Ya, sekalian buat kejutan. Tapi, ia tak sampai hati sehingga malam sebelum wisuda, prestasi akademik membanggakan itu ia bocorkan kepada mereka.
“Mereka kaget, tak menyangka saya jadi wisudawati terbaik pertama di jurusan. Bagi saya, prestasi ini menjadi kebanggaan berkat doa dan dukungan keluarga. Saya bisa mengangkat nama daerah dan tempat tugas. Juga menjadi kebanggaan orangtua dan saudara-saudara karena saya ikut mengangkat nama kampung halaman. Orangtua di kampung bilang soga naran lewotana,” lanjut Bu Nela.
Bu Nela adalah satu dari 302 wisudawan/wisudawati STIKes Mitra Ria Husada yang berhasil diwisuda saat itu. Mereka terdiri dari 12 wisudawan/wisudawati Sarjana Kesehatan Masyarakat dan 59 wisudawati Diploma IV Kebidanan serta 231 Diploma III Kebidanan.
“Secara pribadi maupun sebagai Ketua STIKes bersama seluruh staf, karyawan, dan civitas akademika saya sampaikan terima kasih kalian semua menyelesaikan studi dengan prestasi membanggakan. Bekal ilmu yang kalian terima terus dikembangkan. Kemudian diabadikan bagi pelayanan kesehatan untuk bangsa dan negara,” ujar Ketua STIKes Mitra Ria Husada Prof Dr dr Buchari Lapau, MPH.
“Selain mengurus suami dan anak-anak, saya pikir mungkin bisa sambil kuliah ke jenjang strata satu. Setelah dipertimbangkan bersama, kami mencari kampus yang berada dekat tempat tinggal. Selain tak mengganggu tugas rumah dan pendidikan anak-anak, saya mendaftar dan diterima di STIKes Mitra Ria Husada. Kebetulan jalur angkutannya juga sangat mudah dan terhindar kemacetan,” cerita perawat yang ramah ini.
Pilihan untuk lanjut kuliah S-1 juga atas ijin dari RSU WZ Yohannes Kupang. Jauh sebelum itu, pada 2006 Bu Nela langsung menghadap Direktur RSU WZ Yohannes dr Yovita Anike Mitak, MPH. Pertimbangannya, jika ia bekerja sebagai perawat maka kemungkinan ditempatkan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat sesuai domisili suaminya.
“Saya meminta ijin kuliah saja. Hal ini saya pikir tepat karena apa artinya jika bekerja tetapi mengganggu tugas suami dan anak-anak. Saat itu direktur mengiyakan dan saya langsung melengkapi persyaratan administrasi yang diperlukan. Ya, saat itu saya lebih mantap memilih kuliah,” cerita Bu Nela.
Ilmu Sangat Penting
Bu Nela mengakui, pilihan kuliah ke jenjang S-1 tidak berpengaruh pada kenaikan pangkatnya. Baginya, kuliah lebih termotivasi menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi masa depannya. Apalagi, kuliah juga tak mengenal usia atau life long education. Melalui pendidikan, banyak ilmu pengetahuan dan teknologi bisa dipelajari.
“Sejak sekolah di kampung, saya selalu dinasehati orangtua bahwa ilmu pengetahuan itu sangat penting. Siapapun, baik laki-laki maupun perempuan punya kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan. Itu yang selalu ditanamkan orangtua saya,” ujar perawat yang terlahir sebagai anak ketiga dari sepuluh bersaudara pasangan Philipus Ola Padji dan Maria Liwat Tena.
Nasehat orangtua itulah yang mungkin dilanjutkan Bu Nela kepada putra dan putrinya. Anak sulungnya, MB Mawarni G Wutun (Mawar) saat ini sedang merampungkan studi Magister (S-2) pada Program Pascasarjana Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atmajaya Jakarta. Anak kedua, Hermawati Rose LT Wutun (Rose) kuliah di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Trisakiti (Usakti) Jakarta.
Sedangkan anak ketiga, Pedro Sarmento Aster Pehan Wutun (Pedro) sedang sekolah di sebuah SMA di kota Kupang. Kemudian si bungsu, Mathilda Oliander NM Wutun (Mathilda) sekolah di sebuah SMP di Jakarta.
Bu Nela merasa bangga. Selama di bangku kuliah, banyak ilmu dan pengetahuan baru diperoleh dengan mudah. Perawat yang satu ini juga lebih gampang beradaptasi dengan teknologi komunikasi melalui internet.
“Kalau dulu masih gagap teknologi, saat kuliah sedikit terobati. Saya bisa memperoleh banyak informasi lewat internet. Banyak bahan kuliah saya akses dari internet kemudian anak-anak ikut membantu menerjemahkan. Suami juga sangat membantu membelikan literatur yang saya butuhkan,” katanya.
Semua itu sangat membantunya selama kuliah. Tak ayal, Bu Nela sepertinya mau membayar dukungan keluarganya melalui prestasi akademik hingga ditetapkan sebagai Wisudawati Terbaik I di jurusan Kesehatan Masyarakat. Perawat yang satu ini menulis skripsi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Diabetes Melitus langsung di bawah bimbingan Prof Dr dr Buchari Lapau, MPH. Ia berhasil meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,46. Uang Rp. 1 juta juga berhak ia terima langsung dari Prof Buchari di sela-sela acara wisuda yang dihadiri ribuan undangan dan tamu. Proficiat, Bu Bidan! (Ansel Deri)
Ket Foto: Petronela Peni Sanga, AMK, SKM dan suaminya, Drs Herman Y. L. Wutun, MBA berfoto bersama usai wisuda. Foto: Ansel Deri
PENGEMBANGAN BIOFUEL
| ||
|
SANTU HERMAN YOSEF (1150 - 1241 )
Selasa, 2008 Juni 10
Sejak kecil, Herman Yosef sangat suka berdoa. Dia menganggap Yesus dan Bunda Maria sebagai teman akrabnya. Dia sering pergi ke Gereja untuk berdoa dan menceritakan pengalamannya. Suatu hari Herman hendak berangkat ke sekolah dengan agak tergesa karena hampir terlambat. Ayahnya memberi Herman sebuah apel sebagai bekal. Sambil berlari, Herman sudah membayangkan makan apel yang lezat. Herman berasal dari keluarga yang sangat sederhana, maka apel menjadi makanan yang berharga untuknya. Tapi kemudian dia teringat seorang sahabatnya dan Herman ingin memberikan apel itu padanya. Herman terus bergegas ke sekolah, namun ketika mendekati Gereja, Herman berubah pikiran lagi. Dia akan mempersembahkan apel miliknya untuk bayi Yeses. Herman masuk dan mencoba menyerahkan apel itu pada bayi Yesus yang digendong oleh Bunda Maria, namun Herman terlalu pendek. Dia tidak bisa menjangkaunya. Herman mencob melompat, namun tetap tidak bisa menjangkau Bayi Yesus. Tiba-tiba Bunda Maria memandang Herman dengan penuh kasih lalu mengambil apel itu. Herman sangat senang, lalu bergegas pergi ke sekolah.
Pernah juga Herman datang ke Gereja tanpa memakai sepatu di udara yang sangat dingin. Bunda Maria lalu menunjuk pada sebuah ubin. Herman membalik ubin itu dan menemukan uang yang cukup untuk membeli sepatu. Sejak saat itu setiap kali Herman membutuhkan sesuatu, Herman akan menemukan uang disitu. Pada umur 12 tahun, Herman masuk biara atas permintaan Bunda Maria dan diterima sebagai calon Novis walaupun usianya masih sangat muda. Atas permintaan Bunda Maria, dia menambah namanya menjadi Herman Yosef. Hidupnya diabdikan untuk berdoa, matiraga dan belajar. Setelah menjadi imam, Herman YOsef adalah imam yang sangat rajin. Herman Yosef meninggal pada usia 90 tahun dan dikanonisasi oleh Paus Pius XII pada tahun 1958.
St. Herman Yosef merupakan pelindung anak-anak sekolah.
Langgan: Poskan Komentar (Atom
Inkud Masuk ke Bisnis Minyak Jarak
Jumat, 2 Oktober 2009 17:09 WIB | Ekonomi & Bisnis | Bisnis | Dibaca 184 kali
Jakarta (ANTARA News) - Induk Koperasi Unit Desa (Inkud) memasuki bisnis minyak jarak dengan menggandeng BUMN dari Taiwan untuk penanaman komoditas tersebut di lahan seluas 100 ribu hektare di Kalimantan Timur.
Ketua Umum Inkud Herman Wutun kepada pers usai pembukaan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Inkud di Jakarta, Jumat, mengatakan, untuk tahap awal, pihaknya bersama mitra bisnis telah melakukan pembibitan di lahan seluas 50 hektare yang dikelola secara profesional untuk menjadi bisnis model.
Hasil pembibitan ini diproyeksikan untuk memenuhi penanaman jarak di lahan seluas 5.000 hektare. Jika proyek ini berhasil maka segera akan ditempatkan mesin prosesing biji jarak menjadi minyak jarak.
Herman optimistis kerja sama yang telah dirintis beberapa tahun ini akan menjadi penarik investor lainnya untuk juga masuk ke Indonesia. CPC merupakan sebuah BUMN di Taiwan yang bergerak di bidang perminyakan.
Menurut Herman yang didampingi para pengurus Inkud dan para mitra asingnya, kerjasama dengan CPC melalui proses cukup lama. Pada April lalu, Inkud telah menandatangani MoU dengan perwakilan investor.
Setelah kerjasama ini, pihaknya akan melakukan penandatanganan Memorandum of Agreement yang berisi tanggung jawab dan hak masing-masing pihak.
Rencananya proses penanaman akan dimulai pada tahun 2010 dengan luas lahan 1.000 hektare dan membangun pabrik yang mampu memproses tanaman jarak seluas 20 ribu hektare.
Herman mengakui pihaknya belum memutuskan apakah hasil produksi minyak jarak itu untuk konsumsi ekspor atau dalam negeri. "Kami sudah membicarakan hal itu namun belum ada keputusan termasuk siapa nantinya yang akan melakukan impor apakah CPC atau Inkud atau perusahaan patungan bru," katanya.
Dalam kesempatan itu juga ditandatangani dua MoU dengan Chung Yuen Christian University (CYCU) Taipei, Taiwan, dan PT Lembata Agro Semarang (LAS). CYCU sudah menawarkan 25 beasiswa bagi mahasiswa Indonesia. Inkud sebelumnya telah melakukan pengiriman empat mahasiswa pada tahun 2006 ke universitas tersebut.
Inkud dalam hal ini bertindak sebagai perwakilan CYCU yang akan mengirimkan para mahasiswa Indonesia ke universitas tersebut.
Sementara MoU dengan PT Lembata Agro Semarang (LAS) dimaksudkan untuk peningkatkan kapasitas produksi kacang mete di Lembata, Alor, dan Sumba, Flores Nusa Tenggara Timur. Dalam kerja sama ini, LAS akan membeli mete dari petani, kemudian melakukan prosesing hingga pemasaran.
Kapasitas produksi mete dari Flores sekitar 20.000 ton per tahun. Adapun, total kapasitas mete di Indonesia sebesar 50.000 ton. Provinsi lain yang turut mengembangkan mete adalah Sulawesi Tenggara.
Peluang ekspor untuk mete masih terbuka karena kebutuhan dunia saat ini sekitar 1 juta ton per tahun. Pemasok terbesar mete adalah India, sebanyak 400.000 ton per tahun. Karena itu mete masih memiliki pasar internasional.
Menurut Herman, kerja sama ini menandai awal bangkitnya Inkud setelah "tertidur" sekitar 10 tahun ini. Inkud sebelumnya merupakan salah satu koperasi terbesar di Indonesia yang masa puncak kejayaannya dicapai ketika pemerintah menerapkan tata niaga cengkih. (*)
Ketua Umum Inkud Herman Wutun kepada pers usai pembukaan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Inkud di Jakarta, Jumat, mengatakan, untuk tahap awal, pihaknya bersama mitra bisnis telah melakukan pembibitan di lahan seluas 50 hektare yang dikelola secara profesional untuk menjadi bisnis model.
Hasil pembibitan ini diproyeksikan untuk memenuhi penanaman jarak di lahan seluas 5.000 hektare. Jika proyek ini berhasil maka segera akan ditempatkan mesin prosesing biji jarak menjadi minyak jarak.
Herman optimistis kerja sama yang telah dirintis beberapa tahun ini akan menjadi penarik investor lainnya untuk juga masuk ke Indonesia. CPC merupakan sebuah BUMN di Taiwan yang bergerak di bidang perminyakan.
Menurut Herman yang didampingi para pengurus Inkud dan para mitra asingnya, kerjasama dengan CPC melalui proses cukup lama. Pada April lalu, Inkud telah menandatangani MoU dengan perwakilan investor.
Setelah kerjasama ini, pihaknya akan melakukan penandatanganan Memorandum of Agreement yang berisi tanggung jawab dan hak masing-masing pihak.
Rencananya proses penanaman akan dimulai pada tahun 2010 dengan luas lahan 1.000 hektare dan membangun pabrik yang mampu memproses tanaman jarak seluas 20 ribu hektare.
Herman mengakui pihaknya belum memutuskan apakah hasil produksi minyak jarak itu untuk konsumsi ekspor atau dalam negeri. "Kami sudah membicarakan hal itu namun belum ada keputusan termasuk siapa nantinya yang akan melakukan impor apakah CPC atau Inkud atau perusahaan patungan bru," katanya.
Dalam kesempatan itu juga ditandatangani dua MoU dengan Chung Yuen Christian University (CYCU) Taipei, Taiwan, dan PT Lembata Agro Semarang (LAS). CYCU sudah menawarkan 25 beasiswa bagi mahasiswa Indonesia. Inkud sebelumnya telah melakukan pengiriman empat mahasiswa pada tahun 2006 ke universitas tersebut.
Inkud dalam hal ini bertindak sebagai perwakilan CYCU yang akan mengirimkan para mahasiswa Indonesia ke universitas tersebut.
Sementara MoU dengan PT Lembata Agro Semarang (LAS) dimaksudkan untuk peningkatkan kapasitas produksi kacang mete di Lembata, Alor, dan Sumba, Flores Nusa Tenggara Timur. Dalam kerja sama ini, LAS akan membeli mete dari petani, kemudian melakukan prosesing hingga pemasaran.
Kapasitas produksi mete dari Flores sekitar 20.000 ton per tahun. Adapun, total kapasitas mete di Indonesia sebesar 50.000 ton. Provinsi lain yang turut mengembangkan mete adalah Sulawesi Tenggara.
Peluang ekspor untuk mete masih terbuka karena kebutuhan dunia saat ini sekitar 1 juta ton per tahun. Pemasok terbesar mete adalah India, sebanyak 400.000 ton per tahun. Karena itu mete masih memiliki pasar internasional.
Menurut Herman, kerja sama ini menandai awal bangkitnya Inkud setelah "tertidur" sekitar 10 tahun ini. Inkud sebelumnya merupakan salah satu koperasi terbesar di Indonesia yang masa puncak kejayaannya dicapai ketika pemerintah menerapkan tata niaga cengkih. (*)
COPYRIGHT © 2009
Budhisantoso Penasehat Induk KUD Indonesia
Laporan Paul Burin
Jumat, 2 Oktober 2009 | 07:35 WITA
"Setelah kita meminta kesediaannya, beliau bersedia menjadi penasehat Induk KUD. Prinsipnya, Prof. Budhi menerima amanah sebagai Ketua Dewan Penasehat Induk KUD Indonesia," ujar Ketua Umum Induk KUD Indonesia, Drs. Herman Yosef Loli Wutun, MBA, ketika dihubungi Pos Kupang melalui handphone ke kantornya di Graha Induk KUD Indonesia, Warung Buncit, Jakarta, Rabu (30/9/2009).
Menurut Herman Wutun, pada Rapat Akhir Tahun (RAT) ke-29 Tahun Buku ke-28 yang berlangsung di Jakarta pada 2 Oktober mendatang, Budhisantoso dijadwalkan memberikan pengarahan dalam kapasitas sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden.
Dalam RAT tersebut, jelas Herman Wutun, diadakan juga tiga acara penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU).
Pertama, pertukaran dokumen MoU Induk KUD dengan China Petroleum Corporate (CPC), perusahaan minyak nasional Taiwan menyusul penandatanganan MoU di Taiwan 2 September 2009 lalu. "MoU Induk KUD dengan CPC terkait budidaya, processing, dan pemasaran minyak nabati dari jathropa," jelas Herwan Wutun.
Kedua, penandatanganan MoU antara Induk KUD dengan Chung Yuan Christian University (CYCU) terkait manajemen bisnis dan teknologi. "Kita pernah melakukan MoU pada September 2005 dengan CYCU. Induk KUD membantu untuk rekruitmen calon-calon mahasiswa S-2 dan S-3 dalam rangka belajar di CYCU dengan fasilitas beasiswa internasional," lanjut Herman Wutun.
Pada 2004, kata dia, Induk KUD mengirim empat calon mahasiswa ke Taiwan yang direkrut dari Institut Pertanian Bogor. Keempat mahasiswa tersebut, katanya, sudah menyelesaikan studi tepat waktu.
"Tiga orang langsung bekerja di Taiwan. Seorang lain direkomendasikan untuk melanjutkan studi doktoralnya di Jerman," ujar Herman Wutun, pria kelahiran Uruor, Lembata, NTT.
Ketiga, dilakukan juga penandatanganan dengan PT Lembata Agro. PT Lembata Agro merupakan anak perusahaan PT Bali Anak Ardia yang berkedudukan di Semarang, Jawa Tengah.
"Penandatanganan MoU Induk KUD dengan PT Lembata Agro ini untuk bekerja sama dalam bidang budidaya tanaman mete. Mitra kita ini sudah berkecimpung 37 tahun di bidang ini," kata Herman Wutun. (*)
Kamis, 01 Oktober 2009
Program Jagung dan Ternak Harus Disatukan Dalam Koperasi
Program Jagung dan Ternak Harus Disatukan Dalam Koperasi
31-Jul-2009
Oleh Leonard RitanKupang, Flores Pos
Dengan demikian, ancaman ketidak- berhasilan bisa saja terjadi. Karena perhatian pasti saja berbeda. Jika disatukan dalam program koperasi, perhatian untuk meningkatkan produksi jagung dan mengembalikan NTT sebagai gudang ternak bisa terwujud.
31-Jul-2009
Oleh Leonard RitanKupang, Flores Pos
Program pemerintah provinsi (Pemprov) untuk menjadikan NTT sebagai provinsi koperasi dan provinsi jagung serta mengembalikan NTT sebagai gudang ternak sebenarnya bisa disatukan dalam satu konsep, yakni mewujudkan NTT sebagai provinsi koperasi melalui jagung dan ternak. Sehingga koperasi dijadikan sebagai garda terdepan dalam menyukseskan kedua program dimaksud yakni jagung dan ternak.
Penegasan ini disampaikan Ketua Dewan Koperasi Pimpinan Wilayah (Dekopinwil) NTT, Herman Y.L. Wutun kepada wartawan di Kupang, Rabu (29/7).Menurutnya, jika pemprov tetap memisahkan jagung dan ternak dalam dua program yang berbeda, bisa saja terjadi tumpang tindih.

”Dalam konteks mewujudkan NTT sebagai provinsi koperasi melalui jagung dan ternak, pemerintah dan pelaku koperasi harus duduk bersama. Sehingga harus ada satu pemahaman yang sama, mana tanggung jawab pemerintah dan mana koperasi,” tandas Herman.
Ketua Umum Induk Koperasi Unit Desa (Inkud) nasional ini menyampaikan, koperasi harus dijadikan sebagai mitra sejajar pemerintah untuk mewujudkan NTT provinsi koperasi. Dengan dideklarasikannya NTT sebagai provinsi koperasi, sebenarnya pemerintah menjadikan koperasi sebagai soko guru pembangunan perekonomian di NTT.
Mengingat banyak koperasi di NTT mati suri seperti tak ada rapat anggota tahunan (RAT) dan ketidakjelasan kelembagaan, pemerintah harus berani melibatkan koperasi untuk memberi pendidikan dan pembinaan. Untuk hal ini, pemerintah menyiapkan dana dan diberikan kepada lembaga pendidikan koperasi (Lapenkop) yang ada di Dekopinwil.
Hanya dengan cara itu, koperasi yang kini mati suri bisa kembali berkembang dan menjadi soko guru pembangunan ekonomi.
Herman menyampaikan, untuk mewujudkan NTT sebagai provinsi koperasi, pemerintah harus berpedoman pada tiga jenis koperasi, yakni koperasi produsen yang anggota-anggotanya adalah para petani, nelayan maupun kelompok tertentu yang menghasilkan sesuatu barang untuk dipasarkan bersama. Yang termasuk dalam jenis koperasi ini adalah KUD.
Jenis koperasi lainnya adalah koperasi konsumsi. Jenis koperasi ini adalah mereka yang memakai jenis barang atau jasa yang dibeli bersama-sama melalui koperasi.
Dalam konteks ini, koperasi menyiapkan kebutuhan pokok untuk para anggotanya dan masyarakat umum. Yang termasuk dalam jenis koperasi ini yakni Kopmar Sumber Terang. Jenis koperasi ketiga adalah koperasi jasa. Yang termasuk dalam jenis koperasi ini yakni koperasi kredit (Kopdit).
Karena itu, lanjut Herman, pemprov harus berkomitmen untuk melakukan pembinaan terhadap ketiga jenis koperasi dimaksud. Berdasarkan data, koperasi di NTT lebih didominasi oleh kopdit yang merupakan bagian dari koperasi jasa. Itu bukan berarti, serta merta pemerintah lalu menetapkan NTT sebagai provinsi koperasi tanpa memperhatikan koperasi produsen dan konsumen.
”Pemerintah harus punya program yang lebih konkrit tentang koperasi seperti melakukan pembinaan kelembagaan koperasi, usaha dan membantu permodalan. Intinya, pemerintah mau buat apa terhadap orang-orang koperasi yang sudah mendeklarasikan NTT sebagai provinsi koperasi,” ungkap Herman.
Ketua Harian Dekopinwil NTT, Petrus Umbu menyampaikan, ada empat tugas utama yang diemban Dekopinwil sebagaimana diamanatkan Pasal 4 (ayat 1). Tugas itu yakni meningkatkan kualitas sumberdaya manusia koperasi, meningkatkan kerja sama antarkoperasi dan antarbandan usaha lainnya.
Meningkatkan advokasi kepada pemerintah untuk mendapatkan akses dan peluang lebih besar dalam perekonomian nasional. Meningkatkan peran wanita dan pemuda dalam perkoperasian.
![]() |
Langganan:
Postingan (Atom)
0 komentar: