"Mulai tahun 2007 ini, kita mengubah pola bantuan yang selama ini kita terapkan dari penggemukan menjadi pembibitan. Jadi kita akan siapkan sapi betina untuk petani peternak," kata Ketua Puskud NTT, Herman YL. Wutun, di Kupang, Jumat.
Untuk tahap pertama ini, Puskud NTT bekerjasama dengan NBCA akan mendatangkan 300 ekor bibit ternak sapi untuk didistribusikan kepada para petani ternak di Pulau Timor, katanya.
Selain mengubah pola bantuan, pola pemeliharaan juga akan diubah dari per kepala keluarga (KK) menjadi kelompok usaha bersama dengan menggunakan sistem kloning (kandang bersama).
Sistem ini akan memudahkan pengawasan, sekaligus memotivasi petani berlomba-lomba memelihara ternak yang diberikan, kata Herman Wutun.
Direktur Utama Puskud NTT, Beny Subagiyo, SE mengatakan, Puskud NTT telah menjalin hubungan kerjasama dengan NBCA sejak tahun 2002 untuk mengembangkan ternak sapi di pulau Timor bagian barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Jumlah ternak sapi bakalan yang diserahkan kepada 183 kelompok tani sejak 2002 mencapai 17.527 ekor atau rata-rata kepala keluarga (KK) menerima dua sampai tiga ekor.
"Jangkauan pelayanan kita di lima kabupaten di pulau Timor, meliputi 26 kecamatan yang tersebar pada 75 desa/kelurahan, dengan jumlah anggota sebanyak 6.231 KK," katanya.
Syarat bagi petani penerima adalah harus memiliki lahan makanan ternak yang memadai, membuat kandang beratap daun dan lantai semen atau kulit papan, harus menjadi anggota kelompok tani dan setelah menjual sapi harus bersedia menjadi anggota kelompok koperasi ternak potong (Kopnak).
Dia menjelaskan, jumlah sapi hasil penggemukan yang telah dijual sampai dengan akhir 2006 sebanyak 10.245 ekor dengan kontribusi pendapatan rill kepada para petani dari bagi hasil keuntungan 70 persen berjumlah Rp11 miliar lebih atau rata-rata per ekor sapi sejumlah Rp1,083 juta.
- Artinya, perolehan para petani rata-rata per ekor lebih dari Rp1 juta dengan masa pemeliharaan 8-10 bulan dibandingkan dengan pendapat mereka sebelum kerjasama dengan Puskud NTT berkisar antara Rp350-500 ribu per ekor dengan masa pemeliharaan dua sampai tiga tahun.
Selain itu, memberi hasil maksimal pada para petani, adanya kontribusi untuk pendapatan asli daerah (PAD) sebanyak Rp260.965.000, yang terdiri atas untuk desa Rp12,514.500, retribusi untuk kabupaten 140.878.000 dan untuk jasa Karantina Rp107.572.500, katanya.
Saat ini kata dia, jumlah sapi yang masih dipelihara petani pada posisi 31 Desember 2006 sebanyak 6.691 ekor dengan harga rata-rata Rp2.000.000 per ekor sehingga jumlah investasi kurang lebih Rp13,4 miliar. (*/rsd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar